Budidaya Tanaman
Jumat, 12 Desember 2014
Tanaman Bawang Merah
Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun pada saat-saat tertentu sering mengalami banjir produksi sehingga harganya anjlok. Diperparah lagi dengan kebijakan impor yang diterapkan pemerintah yang seringkali memperparah kejatuhan harga bawang merah di pasaran.
Untuk menghindari fluktuasi harga yang sangat merugikan petani, perlu upaya untuk melakukan budidaya bawang merah diluar musim. Seiring dengan pembatasan kegiatan budidaya di musim-musim puncak.
Budidaya bawang merah memerlukan penyinaran matahari lebih dari 12 jam sehari. Tanaman ini cocok dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian 0 hingga 900 meter dari permukaan laut. Suhu optimum untuk perkembangan tanaman bawang merah berkisar 25-32 derajat celcius. Sedangkan keasaman tanah yang dikehendaki sekitar pH 5,6-7.
Kali ini alamtani mencoba menguraikan langkah-langkah teknis yang perlu disiapkan untuk melakukan usaha budidaya bawang merah. Cara menanam bawang merah ini disarikan dari pengalaman para petani bawang di Brebes, Jawa Tengah. Berebes merupakan salah satu sentra budidaya bawang merah terbesar di Indonesia.
Benih bawang merah
Varietas benih untuk budidaya bawang merah cukup banyak. Ada benih lokal hingga benih hibrida impor. Bentuk benihnya ada yang dari biji, ada juga berupa umbi. Kebanyakan budidaya bawang merah di sentra-sentra produksi menggunakan umbi sebagai benih.
Benih bawang merah yang baik berasal dari umbi yang dipanen tua, lebih dari 80 hari untuk dataran rendah dan 100 hari dataran tinggi. Benih bawang merah yang baik setidaknya telah disimpan 2-3 bulan. Ukuran benih sekitar 1,5-2 cm dengan bentuk yang bagus, tidak cacat, berwarna merah tua mengkilap.
Kebutuhan benih untuk budidaya bawang werah tergantung dengan varietas, ukuran benih dan jarak tanam. Untuk jarak tanam 20×20 dengan bobot umbi 5 gram dibutuhkan sekitar 1,4 ton benih per hektar. Untuk bobot yang sama dengan jarak tanam 15×15 dibutuhkan 2,4 ton per hektar. Bila bobot umbi lebih kecil, kebutuhan umbi per hektarnya lebih sedikit lagi.
Pengolahan tanah dan penanaman
Tanah dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 meter, tinggi 20-30 cm dan panjang sesusai dengan kondisi kebun. Jarak antar bedengan 50 cm, sekaligus dijadikan parit sedalam 50 cm. Cangkul bedengan sedalam 20 cm, gemburkan tanahnya. Bentuk permukaan atau bagian atas bedengan rata, tidak melengkung.
Tambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1-1,5 ton per hektar apabila keasaman tanah kurang dari pH 5,6. Penambahan kapur setidaknya diberikan 2 minggu sebelum tanam.
Gunakan 15-20 pupuk kompos atau pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Tebarkan pupuk di atas bedengan dan aduk dengan tanah hingga merata. Bisa juga ditambahkan urea, ZA, SP-36 dan KCL sebanyak 47 kg, 100 kg, 311 kg dan 56 kg setiap hektarnya. Campur pupuk buatan tersebut sebelum diaplikasikan. Biarkan selama satu minggu sebelum bedengan ditanami.
Siapkan benih atau umbi bawang merah yang siap tanam. Apabila umur umbi masih kurang dari 2 bulan, lakukan pemogesan terlebih dahulu. Pemogesan adalah pemotongan bagian ujung umbi, sekitar 0,5 cm. Fungsinya untuk memecahkan masa dorman dan mempercepat tumbuhnya tananaman.
Jarak tanam untuk budidaya bawang merah pada saat musim kemarau dipadatkan hingga 15×15 cm. Sedangkan pada musim hujan setidaknya dibuat hingga 20×20 cm. Benih bawang merah ditanam dengan cara membenamkan seluruh bagian umbi kedalam tanah.
Perawatan budidaya bawang merah
Penyiraman pada budidaya bawang merah hendaknya dilakukan sehari dua kali setiap pagi dan sore. Setidaknya hingga tanaman berumur 10 hari. Setelah itu, frekuensi penyiraman bisa dikurangi hingga satu hari sekali.
Pemupukan susulan diberikan setelah tanaman bawang merah berumur 2 minggu. Jenis pupuk terdiri dari campuran urea, ZA, dan KCl yang diaduk rata. Komposisi masing-masing pupuk sebanyak 93 kg, 200 kg dan 112 kg untuk setiap hektarnya. Pemupukan susulan selanjutnya diberikan pada minggu ke-5 dengan komposisi urea, ZA, KCl sebanyak 47 kg, 100 kg, 56 kg per hektar. Pemupukan diberikan dengan membuat garitan disamping tanaman.
Penyiangan gulma biasanya dilakukan sebanyak dua kali dalam satu musim tanam. Untuk menghemat biaya, lakukan penyiangan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan. Namun apabila serangan gulma menghebat, segera lakukan penyiangan tanpa menunggu pemberian pupuk susulan.
Pengendalian hama dan penyakit
Budidaya bawang merah mempunyai banyak jenis hama dan penyakit. Namun yang paling sering menyerang di sentra-sentra produksi adalah hama ulat dan penyakit layu.
Hama ulat (Spodoptera sp.) menyerang daun, gejalanya terlihat bercak putih pada daun. Bila daun diteropong terlihat seperti gigitan ulat. Hama ini ditanggulangi dengan pemungutan manual, ulat dan telur diambil untuk dimusnahkan. Bisa juga dengan menggunakan feromon sex perangkap, gunakan sebanyak 40 buah per hektar. Bila serangan menghebat, kerusakan lebih dari 5% per rumpun daun, semprot dengan insektisida yang berbahan aktif klorfirifos.
Penyakit layu fusarium, disebabkan oleh cendawan. Gejalanya daun menguning dan seperti terpilin. Bagian pangkal batang membusuk. Penanganannya dengan mencabut tanaman yang mati kemudian membakarnya. Penyemprotan bisa menggunakan fungsidia.
Panen budidaya bawang merah
Ciri-ciri budidaya bawang merah siap panen apabila 60-70% daun sudah mulai rebah. Atau, lakukan pemeriksaan umbi secara acak. Khusus untuk pembenihan umbi, tingkat kerebahan harus mencapai lebih dari 90%.
Budidaya bawang merah biasanya sudah bisa dipanen setelah 55-70 hari sejak tanam. Produktivitas bawang merah dangat bervariasi tergantung dari kondisi lahan, iklim, cuaca dan varietas. Di Indonesia, produktivitas budidaya bawang merah berkisar 3-12 ton per hektar dengan rata-rata nasional 9,47 ton per hektar.
Umbi bawang merah yang telah dipanen harus dikeringkan terlebih dahulu. Penjemuran penjemuran bisa berlangsung hingga 7-14 hari. Pembalikan dilakuan setiap 2-3 hari. Bawang yang telah kering, kadar air 85%, siap untuk disimpan atau dipasarkan.
Tanaman Jeruk
Syarat Tumbuh
Perlu 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun, perlu air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus. Temperatur optimal antara 25-30 °C dan kelembaban optimum sekitar 70-80%. Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Ketinggian optimum antara 1-1200 m dpl. Jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok, derajat keasaman tanah (pH tanah) adalah 5,5-6,5 . Air tanah optimal pada kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.
Teknik Budidaya
- Pembibitan
1. Secara Generatif
Biji diambil dari buah dengan memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang. Tanah persemaian diolah sedalam 30-40 cm dan dibuat petakan berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2. Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm. Persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1) atau cukup dengan menggunakan tanah biasa.
2. Secara Vegetatif
Metode dengan cara penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (understam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.
- Penanaman
Lubang tanam dibuat 2 minggu sebelum tanam. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas. Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 1-2 kg pupuk kandang.
Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan: pengurangan daun dan cabang yang berlebihan; pengurangan akar; pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat.
Beri mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitar bibit. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran. Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.
- Pemeliharan
Penyiraman jangan berlebih. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa. Pada saat pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan, bobot buah serta kualitas buah. Buah yang dibuang meliputi buah sakit, tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama dan sisakan hanya 2-3 buah.
- Hama dan Penyakit
Bagian diserang : tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan pestisida. Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, buang bagian yang terserang.
b. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
Bagian diserang : tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan penyemprotan pestisida.
c. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian diserang : daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian: daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
d. Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
Bagian diserang : tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: penyemrotan insektisida
e. Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
Bagian diserang : buah. Gejala: lubang gerekan buah keluar getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi.
f. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
Bagian diserang : tunas, daun muda dan pentil. Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis. Pengendalian: semprotkan pestisida
g. Thrips (Scirtotfrips citri.)
Bagian diserang : tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari masuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami.
h. Kutu dompolon (Planococcus citri.)
Bagian diserang : tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur. Pengendalian: cegah datangnya semut sebagai vektor kutu.
i. Lalat buah (Dacus sp.)
Bagian diserang : buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah. Pengendalian: gunakan Perangkap lalat Buah.
a. CVPD
Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian: gunakan bibit tanaman bebas CVPD. Lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD.
b. Blendok
Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian diserang : batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas. Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi.
c. Embun tepung
Penyebab: jamur Oidium tingitanium. Bagian diserang : daun dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
d. Kudis
Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian diserang : daun, tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur.
e. Busuk buah
Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian diserang : buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakan mekanis.
f. Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab: jamur Phyrophthora nicotianae. Bagian diserang : akar, pangkal batang serta daun di bagian ujung. Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering. Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah. g
g. Buah gugur prematur
Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga. Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur.
h. Jamur upas
Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian diserang : batang. Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan diolesi fungisida yang mengandung tembaga atau belerang, kemudian potong cabang yang terinfeksi.
- Panen
Kamis, 11 Desember 2014
Tanaman Singkong
Syarat Tumbuh
Untuk dapat tumbuh maksimal, singkong memerlukan curah hujan 150- 200 mm pada umur 1-3 bulan, 250-300 mm pada umur 4-7 bulan, dan 100- 150 mm pada fase menjelang dan saat panen.Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela pohon/singkong sekitar 10 derajat C. Bila suhunya dibawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon/singkong antara 60-65%.Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon / singkong sekitar 10 jam / hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
Penanaman
Jarak Tanam pada penanaman perlu diperhatikan untuk memperoleh umbi, bibit, dan daun yang maksimal. Jarak antar pohon paling tidak satu meter, bahkan ada pula yagn menanam dengan model jarak satu meter kali dua meter. Sebaliknya, pada tanah yang tidak subur penanaman dengan ukuran jarak yang berdekatan walaupun umbi yang diproduksinya menjadi pendek. Untuk memaksilmalkan produk maka tanaman ini menginginkan tumbuh pada tanah yang digulud atau dibedeng dengan tinggi gundukan sekitar 50 cm dan lebar bedeng paling tidak 70 cm. Dengan bedeng sirkulasi air yang diperlukan tumbuhan ini menjadi lebih terjamin karena Singkong tidak senang hidup pada genangan air yang berlebihan. Teknik menanam singkong oleh petani di Indonesia bervariasi, disarankan mengikuti banyaknya mata benih yang yang mungkin dapat tumbuh menjadi batang tanaman yaitu antara tiga hingga lima mata. Ini berarti panjang benih dari 10 cm hingga 20 cm. Diameter benih yang disarankan sekitar 1,5 cm yang diambil baigan yang relatif lebih muda.
Pemeliharaan Tanah dan Pemupukan
Tanah yang telah dibuka untuk lahan penanaman singkong ini harus diberi kesempatan memperoleh sinar matahari yang cukup agar semua baigan dipermukaan tanah memperoleh oksigen yang diperlukan oleh mikroba tanah. Penyuburan tanah menggunakan pupuk kandan atau pupuk organic berupa Bokasi atau kompos memerlukan sekitar 2 ton / hektar. Akan lebih baik apabila pupuk ini bersamaan dengan proses penggemburan tanah, proses ini akan lebih cepat dan efisien apabila dibantu dengan input pupuk hayati. Penggunaan Biotonik yang berkualitas pada awal penanaman diperlukan 2 - 4 liter/hektar yang berati pencampurannya 200 – 400 liter air. Penambahan pupuk hayati ini perlu diulangi lagi ketika tanaman telah tumbuh dan berumur 1 bulan dan berikutnya setelah berumur 3 bulan 5 bulan. Pada Awal tanam biasnay tumbuh rumptu pengganggu. Untuk menagtasi gangguan ini sebaiknya dilakukan secara manual pada waktu tanaman umur satu bulan yaitu dengan menggunakan tangan karena tanah masih lentur dan rumptu juga masih muda dan midah dicabut. Langkah selanjutnya dilakukan penyiangan secara manual pada umur tanam 2 bulan dan 4 bulan. Pada singkong umur lebih dari 3 bulan rumput akan otomatis mati di sekitar pohon karena ternaungi oleh daun singkong yang semakin rimbun. Hasil penyiangan rumpt secara manual berupa rumput atau serasah lainnya yang sangat baik untuk bahan pupuk organik. Pada waktu pemeliharaan tanah secara manual dilakukan, petani juga harus memeriksa ada tidaknya gangguan hama penyakit dan bahkan serangan hama tikus atau babii hutan.
Penggemburan Tanah
Penggemburan tanah akan lebih efektif dengan sekaigus menaburkan pupuk organic atau pupuk kandang sehingga percampuran bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman sedini mungkin telah dilakukan.
Pemanenan
Umur tanaman 7-11 bulan akan menghasilkan umbi segar mencapai 200 ton/ha dengan prediksi perbatangnya 20kg. Dalam memanen singkong tergantung pada teknik pemanenan dan dalam hal ini bagaimana keberhasilan mencabut umbi tersebut dari dalam tanah . Pada tanah yang bersifat liat atau keras biasanya berusaha mencengkram umbi sehingga banyak yang tertinggal didalam tanah karena putus dan bahkan apabila tercabut pun dalam keadaan rusak. Oleh karean itu teknik panen umbi singkong perlu dipelajari. Dengan tanaman berada pada gulud atau bedng maka proses pemanenan akan lebih mudah karena umbi yang dihasilkan sebagian besar berada di atas permukaan tanah utama dan gundukan tersebut relatif gembur. Apabila waktu panen ternyata laha kering atau keras maka dilakukan penggemburan tanah dengan menyiram tanah denga pompa air dan dibiarkan selama 1 (satu) malam agar pengemburan samapai ke ujung umbi/perakaran.
Tanaman Pisang
Syarat Tumbuh
Pisang tumbuh baik pada daerah beriklim tropis basah, lembab dan panas. Namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Kecepatan angin tidak terlalu tinggi. Curah hujan optimal adalah 1.520 – 3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon, nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl. Sebaiknya pisang ditanam di tanah berhumus dengan pemupukan. Air harus selalu tersedia tetapi tidak menggenang.Pisang tidak hidup pada tanah yang mengandung garam 0,07%.
Teknik Budidaya
Pembibitan
- Perbanyakan dengan cara vegetatif berupa tunas (anakan).
- Tinggi anakan untuk bibit 1 – 1,5 m, lebar potongan umbi 15 – 20 cm.
- Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat.
- Bibit yang baik daun masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit.
- Tanaman untuk bibit ditanam dgn jarak tanam 2×2 m.
- Satu pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7- 9.
Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam
- Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
- Simpan bibit di tempat teduh 1 – 2 hari sebelum tanam.
- Buang daun yang lebar.
- Rendam umbi bibit sebatas leher batang menggunakan insektisida selama 10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
- Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air panas beberapa menit.
Pengolahan Media Tanam
- Lakukan pembasmian gulma, rumput atau semak-semak.
- Gemburkan tanah yang masih padat.
- Buat sengkedan terutama pada tanah miring dan buat juga saluran pengeluaran air.
- Dianjurkan menanam tanaman legum seperti lamtoro di batas sengkedan.
Penanaman
- Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm pada tanah gembur.
- Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
- Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September – Oktober).
- Sebelum tanam pisang sebaiknya Anda memberi pupuk organik semacam pupuk kandang atau pupuk kompos pada tiap-tiap lubang tanam sebanyak 15-20 kg. Pupuk organik yang Anda beri sangat mempengaruhi kualitas rasa dari buah pisang.
- Satu rumpun hanya 3 – 4 batang.
- Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan).
- Setelah 5 tahun rumpun dibongkar diganti tanaman baru.
- Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan penimbunan dapuran dengan tanah.
- Penyiangan dan penggemburan jangan terlalu dalam.
- Pangkas daun kering.
- Pengairan harus terjaga. Dengan disiram atau mengisi parit saluran air.
- Pasang mulsa berupa daun kering ataupun basah. Tetapi mulsa tidak boleh dipasang terus menerus.
Pemeliharaan Buah
- Potong jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir.
- Setelah sisir pisang mengembang sempurna, tandan pisang dibungkus kantung plastik bening polietilen tebal 0,5 mm, diberi lubang diameter 1,25 cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Usahakan kantung menutupi 15 -45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah ujung buah dari sisir terbawah.
- Batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan sedalam 30 cm ke dalam tanah.
Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Ulat daun (Erienota thrax.)
Menyerang daun. Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun.
b. Uret kumbang (Cosmopolites sordidus
)Menyerang kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian: sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit yang telah disanitasi
c. Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis)
Menyerang akar. Gejala : tanaman kelihatan merana, terbentuk rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan bibit yang tahan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan dengan kadar lempung kecil.
d. Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Menyerang bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
2. Penyakit
a. Penyakit darah
Penyebab : Xanthomonas celebensis (bakteri). Menyerang jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan seperti berdarah. Pengendalian: Pemberian Natural GLIO sebelum tanam, dan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
b. Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Menyerang daun. Gejala : daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu bagian dalam, pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam. Pengendalian : membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
c. Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Menyerang daun dengan gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: : gunakan fungisida yang memiliki kandungan Copper oksida atau Bubur Bordeaux (BB).
d. Layu
Penyebab : bakteri Bacillus sp. menyerang akar. Gejala: tanaman layu dan mati. Pengendalian : membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
e. Daun pucuk
Penyebab : virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Menyerang daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara berkelompok. Pengendalian: Mengendalikan kutu duan dengan membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
Panen
- Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera. Buah 80 – 100 hari dengan siku-siku buah yang masih jelas sampai hampir bulat.
- Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan bersih waktu memotong tandan.
- Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah.
- Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali.
- Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3 – 10 hari sekali tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
Tanaman Seledri
Syarat Tumbuh
Untuk dapat tumbuh dengan baik, tanaman seledri harus ditanam di daerah subtropis dengan ketinggian 1.000-1.200 m dpl, suhu udara 15o-24o C, kelembaban berkisar antara 80-90%, Curah hujan berkisar antara 60-100 mm/bulan, dan lahan harus mendapat penyinaran matahari yang cukup. Lahan yang ideal untuk tanaman seledri adalah tanah yang gembur, subur, mengandung bahan organik, serta tata udara dan air yang baik. Tanaman Seledri dapat diperbanyak secara generatif dengan biji atau vegetatif dengan anakan. Untuk tujuan komersil tanaman seledri dapat diperbanyak dengan biji. Benih berasal dari varietas unggul dengan daya kecambah > 90%. Namun demikian saat ini sudah di temukan Varietas tanaman Seledri yang bisa beradaptasi dan hidup dengan baik dan hasil tinggi di dataran rendah dan dataran menengah.
Teknik Budidaya
- Pengolahan Lahan
Lahan ideal adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik, mampu menahan air dan berdrainase baik dengan pH tanah antara 5,5-6,5. Tanah dicangkul sedalam 20-30 cm biarkan selama 15 hari, jika pH tanah kurang dari 6.5 campurkan kapur kalsit atau dolomit dengan tanah olahan, dosis kapur 1-2 ton/ha tergantung pH tanah dan jumlah Alumunium di dalam tanah, pemberian 2-3 minggu sebelum tanam. Buat bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm, panjang sesuai lahan, dan jarak antar bedengan 50 cm. Bedengan diberi naungan berupa alang-alang atau jerami dengan tinggi 1-1,5 m.
- Persemaian
Benih disemai pada bedengan di dalam alur/larikan sedalam 0,5 cm dengan jarak antar alur 10-20 cm, sebelum disemai, benih direndam dalam larutan Previcur N dengan konsentrasi 0,1 % selama + 2 jam, kemudian dikeringkan. Tutup benih dengan tanah tipis dan siram permukaan bedengan sampai lembab. Untuk menjaga kelembaban, persemaian ditutup dengan alang-alang atau jerami dan ditinggikan tutup tersebut apabila kecambah telah tumbuh. Setelah bibit tumbuh dapat juga dipindahkan kedalam bumbunan yang terbuat dari daun pisang/pot plastik dengan media yang sama.
- Penanaman
Setelah + 40 hari atau telah berdaun 3-4 helai cabut bibit seledri yang sehat dengan akarnya. Potong sebagian akar, selanjutnya akar direndam kedalam larutan pestisida Benlate atau
Derosol pada konsentrasi 50% sekitar 15 menit. Pindahkan bibit pada bedengan yang telah dipersiapkan, satu bibit per lobang tanam, dengan jarak tanam: 25 x 30 cm; 20 x 20 cm atau 15 x 20 cm (tergantung varietas) dan padatkan tanah disekitar batang. Siram bedengan sampai lembab.
- Pemeliharaan Tanaman
- Pemupukan
Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam, yaitu pupuk organik dengan dosis 4 kg/m2, diaduk dengan tanah permukaan bedengan. Pada umur 2 minggu setelah tanam berikan pupuk N 300 kg, P2O5 75 kg dan K2O 250 kg/ha secara larikan dibarisan tanaman. Pupuk susulan berikutnya larutkan 2-3 kg pupuk NPK ke dalam 200 liter air dan berikan secara kocor diantara barisan tanaman, hal ini dapat dilakukan selama tanaman masih produktif dengan interval 7 hari satu kali pemberian. Dapat juga diberikan pupuk cair dengan dosis 0,3 ml/m2 yang dimulai pada umur 3 minggu setelah tanam dengan interval 10 hari satu kali.
- Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama seperti: ulat tanah, keong, kutu daun tungau. Hama dapat dihilangkan secara mekanik yaitu dipungut dengan tangan.
Penyakit yang sering menyerang tanaman bercak cercospora, bercak septoria, virus aster yellow. Pengendalian dilakukan mulai dari pesemaian hingga panen. Jika terpaksa harus menggunakan pestisida, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik.
- Panen
Seledri dapat dipanen setelah berumur 40 sampai dengan 150 hari setelah tanam (tergantung varietas). Daun Saledri dipanen 4-8 hari sekali. Daun Seledri yang di potong ini akan tumbuh tunas kembali. Seledri potong dipanen dengan memotong tanaman pada pangkal batang secara periodik sampai pertumbuhan anakan berkurang.
Langganan:
Postingan (Atom)