Senin, 07 April 2014

Budidaya Tanaman Terong

Tanaman terong atau  Solanum melongena  merupakantanaman yang tumbuh di daerah tropis. Terong memiliki serat daging yang halus dan lembut sehingga rasanya enak saat dikonsumsi sbg bahan makanan. Terung memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Dalam tiap 100 gram terung segar terdapat kandungan zat sebagai berikut : 24 kal kalori, 1,1g protein, 0,2g lemak, 5,5g Krbohidrat, 15,0mg kalsium, 37,0mg fosfor, 0,4mg besi, 4,0SI Vitamin A, 5mg Vitamin C, 0,04 vitamin B1, 92,7g air.
  • Benih

Terong pada umumnya diperbanyak dengan biji. Untuk memperoleh biji terong yang betul-betul berkualitas dapat diperoleh dengan membeli ditoko pertanian. Setiap satu hektar dibutuhkan 150 s/d 500 gram biji atau tergantung luasan lahan yang akan dipakai. Sebelum ditanam biji terung disemaikan terlebih dahulu di- bedengan semai.
· Dapat tumbuh di dataran rendah tinggi
· Suhu udara 22 – 30o C
·Jenis tanah yang paling baik, jenis lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, aerasi dan    drainase baik dan pH antara 6,8-7,3
· Sinar matahari harus cukup
· Cocok ditanam musim kemarau
  • Teknik Budidaya

 1.Persemaian 

       Budidaya terong secara intensif dimulai dari persiapan media semai. Benih terong yang akan ditanam harus berasal dari benih hibrida sehingga hasil yang dicapai nanti lebih optimal. Disaat kita melakukan pemeraman benih terong dengan kertas basah maupun handuk lembab selama 24 jam, kita mempersiapkan media semai yang terdiri dari campuran tanah dan pukan (pupuk kandang) dengan perban-dingan 2 : 1. Penggunaan pestisida bahan aktif metalaksil (Saromyl 35 SD) sebagai pencegah jamur dapat menghindarkan bibit dari penyakit dumping off . Hasil campuran media tersebut dimasukkan ke dalam polybag dengan tinggi ± 8 cm dan diameter 5 cm.

2. Pembibitan

  • Rendamlah benih dalam air hangat kuku selama 10 -15 menit
  • Bungkuslah benih dalam gulungan kain basah untuk diperam selama + 24 jam hingga     nampak mulai    berkecambah
  • Sebarkan benih di atas bedengan persemaian menurut barisan, jarak antar barisan 10-15 cm
  • Siapkan campuran tanah dan pupuk kandang halus, kemudian masukkan benih satu persatu    ke polibag yang telah berisi campuran tanah dan pupuk kandang halus.
  • Tutup benih tersebut dengan tanah tipis
  • Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun pisang/ penutup lainnya
  • Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya
  • Siram persemaian pagi dan sore hari ( perhatikan kelembabannya )
  • Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan jika di perlukan semprot dengan    pestisida
  • Bibit berumur 1-1,5 bulan atau berdaun empat helai siap dipindahtanamkan

3. Persiapan Lahan 

      Setelah 24 jam benih tersebut melalui proses pemeraman yang dicirikan dengan munculnya radikula (calon akar), maka benih tadi siap dipindahkan ke media semai menggunakan pinset dengan posisi radikula dibawah. Selama benih di persemaian , kita dapat melakukan persiapan tanam dengan mengolah tanah. Persiapan lahan diawali dengan pembajakan sekali agar lapisan tanah yang ada di atas berada di bawah dan sebaliknya. Selanjutnya lahan diairi dengan cara di-leb/digenangi secara merata. Penggenangan sebaiknya dilakukan 3-5 jam dan selanjutnya dilakukan pembajakan kedua kalinya agar pembuatan bedengan lebih mudah.
Untuk mencapai hasil maksimal, maka untuk pupuk dasar sebaiknya diberikan pupuk kandang sebanyak 15 kg/ 10 m2, dolomit 10-15 kg/ 10 m2, (khusus untuk tanah basah/tergenang/bersifat asam). Setelah pupuk kandang ditaburkan merata, maka ditambahkan pupuk urea dengan dosis 2,5 kg/10 tanaman, SP-36 3 kg/10 tanaman dan KCl 1,5 kg/10 tanaman. Jika kita menggunakan NPK maka pemberian dapat dilakukan dengan dosis 3 kg/10 tanaman. Setelah tanah dicampur dengan pupuk maka barulah dibentuk bedengan – bedengan membentuk single row (satu baris satu tanaman) dengan jarak antar tanaman 75 cm untuk selanjutnya dipasang mulsa hitam perak.

4. Penanaman

     Benih yang telah disemai selama 25 hari setelah semai (HSS) dapat ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan. Ciri dari bibit tanaman terong yang siap tanam adalah munculnya atau keluar 3 lembar helai daun sempurna atau mencapai tinggi ± 7,5 cm. Sebaiknya penanaman dilakukan pada sore hari setelah dilakukan penggenangan untuk mempermudah pemindahan dan masa adaptasi pertumbuhan awal.
Sistem tanam yang digunakan untuk terong adalah sistem single row, dengan jarak antara tanaman 75 cm. Bibit yang siap tanam dimasukkan kedalam lubang tanam yang ditugal sedalam 10-15 cm kemudian ditekan ke bawah sambil ditimbun dengan tanah yang berada di sekitar lubang mulsa sebatas leher akar (pangkal batang). Untuk menjaga dari serangan hama dapat diberikan insektisida bahan aktif carbofuran.

 5. Pengairan

      Dilakukan rutin tiap hari, terutama pada fase awal pertumbuhan dan cuaca kering, dapat di-leb/ direndam beberapa jam atau disiram dengan gembor. Jika di leb / direndam biasanya 3-4 hari tanah tetap basah, tetapi hal ini tergantung pada struktur dan tekstur tanahnya, jika tanahnya banyak mengandung pasir maka tanah akan cepat kering.

6. Penyulaman

  • Sulam tanaman yang pertumbuhannya tidak normal, mati atau terserang hama penyakit
  • Penyulaman maksimal umur 15 hari

7. Pemasangan Ajir

  • Lakukan seawal mungkin agar tidak mengganggu (merusak) sistem perakaran
  • Turus terbuat dari bilah bambu/ kayu dll setinggi 80-100 cm dan lebar 2-4 cm
  • Tancapkan secara individu dekat batang
  • Ikat batang atau cabang terong pada turus

8. Penyiangan

  • Rumput liar atau gulma di sekitar tanaman disiangi atau dicabut
  • Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari dan 60-75 hari setelah tanam

9. Pemeliharaan

       Pemeliharaan tanaman terong tidak berbeda dari tanaman lainnya, yaitu membutuhkan suplai air dan unsur hara yang cukup sehingga penyiraman yang teratur, maupun pemupukan susulan sangat perlu dilakukan. Penyiraman dapat dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama seminggu pertama setelah tanam. Sedangkan pupuk susulan diberikan pada tanaman umur 21 hst antara lain ZA dosis 2.5 – 3 gram/tanaman, SP-36 2.5 – 3 gram/tanaman, KCl sebanyak 1-1.5 gram/tanaman. Pupuk diberikan dipinggir tanaman dengan jarak 10 cm dari pangkal batang. Pupuk susulan kedua dilakukan pada umur 50 HST dengan pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 8-10 gram per tanaman. Pemupukan ke – IV yang terakhir yaitu NPK Grand-S 15 pada saat panen yang kedua dilakukan dengan dosis sebanyak 10 gram.
Disamping penyiraman dan pemupukan, pencegahan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menyemprotkan pestisida sesuai dengan ham atau penyakit yang menyerang . Sedangkan konsentrasinya disesuaikan dengan anjuran dan interval penyemprotan sisesuaikan dengan intensitas serangan dan kondisi lingkungan.

10. Pemangkasan

       Pangkas tunas-tunas liar yang tumbuh mulai dari ketiak daun pertama hingga bunga pertama juga dirempel untuk merangsang agar tunas-tunas baru dan bunga yang lebih produktif segera tumbuh
11. Pengendalian HPT
Kumbang Daun (Epilachna spp.)
Gejala serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah
,Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun dan tinggal tulang-tulang daun saja. Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan kumbang, atur waktu tanam, jika jika diperlukan lakukan penyemprotan dengan Insektisida adapun merek bermacam-macam dapat di tanyakan ke toko pertanian terdekat.
Kutu Daun (Aphis spp.)
Menyerang dengan cara mengisap cairan sel, terutama pada bagian pucuk atau daun-daun masih muda, akibatnya daun tidak normal, keriput atau keriting atau menggulung
Aphis spp sebagai vektor atau perantara virus
Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, jika populasi Aphis banyak dapat di gunakan Insektisida dengan tipe ” Racun Contak ” , tetapi disarankan menggunakan Insektisida dengan tipe ” Racun Sistemik ” Jika ingin lebih aman gunakanInsektisida botani ‘ misalnya menggungkan Ekstrak Bawang putih, Aroma bawang putih tidak disukai oleh Aphis, tetapi penyemprotan ke-2 dst tidak terlalu berpengaruh terhadap Aphis.
Tungau ( Tetranynichus spp.)
Serangan hebat musim kemarau. Menyerang dengan cara mengisap cairan sel tanaman, sehingga menimbulkan gejala bintik-bintik merah sampai kecoklat-coklatan atau hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah.
Cara pengendalian sama seperti pada pengen dalian kutu daun, disarankan menggunakan Insektisida dengan tipe ” Racun Sistemik “
Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.)
Bersifat polifag, aktif senja atau malam hari. Menyerang dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga terkulai dan roboh, pada siang hari ulatbersembunyi, sehingga sangat sulit menemukan ulat Agritus ipsilon pada siang hari.
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan ulat, Lakukan penyemprotan dengan insektisida pada sore ( 17.00 ) atau pagi kurang dari 05.00, gunakan insektisida dengan tipe ” Racun perut “, jika menggukanan racun kontak semprot pada malam hari ketika ulat mulai muncul, tetapi perlu di pertimbangkan penyemprotan pada malam hari akan terkendala oleh penerangan.
Ulat Grayak (Spodoptera litura, F.)
Bersifat polifag. Menyerang dengan cara merusak (memakan) daun hingga berlubang-lubang.
Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, mengumpulkan ulat, jika perlu gunakan Insektisida
Ulat Buah ( Helicoverpa armigera Hubn.)
Bersifat polifag, menyerang buah dengan cara menggigit dan melubanginya, sehingga bentuk buah tidak normal, dan mudah terserang penyakit busuk buah.
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan buah terserang, lakukan pergiliran tanaman dan waktu tanam sanitasi kebun.
Layu Bakteri
Penyebab : bakteri Pseudomonas solanacearum. Bisa hidup lama dalam tanah.Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi. Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak, Sebenarnya serangan Layu bakteri bersifat lokal, seperti pembuluh Xylem / pembuluh angkut, tetapi karena menyerangya pada akar atau leher akar sehingga pasokan air dan hara tanaman dari tanah ke daun terhambat sehingga gejala yang muncul adalah kelayuan yang bersifat sistemik.Pengendaliannya : Atur jarak tanam, sehingga kelembaban tidak terlalu lembab. Lakukan pergiliran tanaman, jangan menanam tanaman yang berjenis Solanaceae sepertitomattembakau dll karena akan memperparah serangan. Gunakan Bakterisida
Busuk Buah
Penyebab : jamur Phytophthora sp., Phomopsis vexans, Phytium sp. Gejala serangan adanya bercak-bercak coklat kebasahan pada buah sehingga buah busuk. Pengendalian : gunakan Fungisida
Bercak Daun
Penyebab : jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea. Gejala bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.
Antraknose
Penyebab : jamur Gloesporium melongena. Gejala bercak-bercak melekuk dan bulat pada buah lalu membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam
Busuk Leher akar
Penyebab ; Sclerotium rolfsii. Gejala pangkal batang membusuk berwarna coklat
Rebah Semai
Penyebab : Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp. Gejala batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut dan akhirnya roboh dan mati. Cara pengendalian Penyakit: Tanam varietas tahan, atur jarak tanam dan pergiliran tanaman, perbaikan drainase, atur kelembaban dengan jarak tanam agak lebar, cabut

12. Panen

       Panen pertama terong dapat dilakukan saat tanaman berumur 30 hst atau sekitar 15 – 18 hst setelah munculnya bunga. Kriteria panen buah terong layak panen adalah daging belum keras, warna buah mengkilat, ukuran tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Sedangkan untuk terongjenis bulat kecil panen buah dapat dilakukan pada umur 10-15 hari setelah muncul bunga dengan ciri : buah kelihatan segar, warnanya cerah bagi terong tipe hijau dan belum berwarna kecoklatan bagi terong berwarna ungu, bila dipotong belum tampak biji yang berwarna kuning keemasan dan warna daging masih putih bersih.
Pemanenan dapat dilakukan seminggu dua kali sehingga total dalam satu musim dapat dilakukan 8 kali panen dengan potensi jumlah buah per tanaman bisa mencapai 21 buah. Setelah pemanenan yang ke delapan biasanya produksi mulai menurun baik kwalitas maupun kwantitasnya.

Budidaya Tanaman Buncis

Buncis atau Phaseolus vulgaris merupakan sayuran buah yang termasuk kedalam kelompok leguminosa. Di Indonesia terdapat dua tipe tanaman buncis. Ada yang tumbuhnya merambat dan tegak. Buncis yang merambat bisa memiliki ketinggian hingga 2 meter dan mudah rebah. Oleh karena itu, perlu bantuan lenjeran bambu untuk menopangnya. Sedangkan tipe yang tegak tinggi hanya 60 cm dan tidak memerlukan lenjeran bambu untuk tumbuh. Pada kesempatan kali ini, kami akan menguraikan cara-cara budidaya buncis tipe merambat.
  •  Benih

Budidaya buncis diperbanyak dengan biji yang diseleksi dari tanaman sehat dan subur. Cara menyeleksinya berdasarkan bedengan terbaik tempat buncis tumbuh. Alasan pemilihan tanaman menurut bedengan agar proses penuaan tidak menganggu tanaman lainnya.Jika seleksi benih dipilih berdasarkan individu tanaman maka akan terjadi kegagalan panen pada individu-individu lain yang tumbuh dalam bedengan yang sama. Hal tersebut bisa terjadi karena tanaman yang mengalami proses penuaan buah akan menyedot nutrisi untuk tanaman lain. Sehingga tanaman yang buahnya tidak dibenihkan akan mengalami gagal panen.
Buah yang terpilih untuk calon benih dipetik dan diseleksi. Pilih buah yang besar-besar dan bentuknya sempurna. Kemudian jemur buah buncis di bawah terik matahari hingga kering, biasanya 1-2 hari. Setelah kering, kupas kulit buahnya dan ambil bijinya. Simpan benih dalam botol kaca yang bersih. Setelah botol terisi penuh oleh benih, penuhi mulut botol dengan abu kayu sebagai penutupnya. Manfaat abu kayu sebagai media penutup botol menyerap kelembaban. Sehingga lingkungan dalam botol tetap kering namun masih memungkinkan adanya pertukaran udara. Biji buncis yang tersimpan dengan baik bisa bertahan dalam suhu kamar selama 6 bulan.
  • Syarat Tumbuh

Buncis tumbuh pada ketinggian 1000 – 1500 M dpl, jenis tanah andosol dan regosol serta Ph tanah 5,5 – 6. Tanamanbuncis ini menghendaki iklim dan musim peralihan, jadi tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik apabila ditanam pada akhir musim hujan/ menjelang musim kemarau, di samping itu buncis juga menghendaki cahaya matahari yang langsung (cukup terbuka).
  •  Teknik Budidaya

  1. Pembibitan;
    Buncis diperbanyak secara generatif (biji) sedangkan kebutuhan benihnya adalah 40 Kg per Ha.
  2. Pengolahan tanah;
    Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan traktor maupun alat tradisional yaitu cangkul lalu diberi pupuk kandang 15 – 20 Ton per Ha kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 100 – 120 Cm.
  3. Penanaman;
    Benih ditanam pada lubang-lubang tanam yang dibuat dengan cara ditugal dengan jarak tanam 20 x 50 Cm, pada tiap lubang diisi dengan 2-3 biji, setelah 7 hari maka benih buncis akan mulai berkecambah.
  4. Pemupukan;
    Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk dasar yaitu pupuk kandang 15 – 20 Ton per Ha, kemudian pupuk buatan Urea 50 Kg/ Ha, TSP 200 Kg/ Ha dan KCL 100 Kg/ Ha, ZA Kg/ Ha.
  5. Pengajiran;
    Pengajiran dilakukan apabila tanaman telah mulai berkecambah dan mencapai ketinggian 15 Cm, biasanya setiap 4 batang ajir tersebut diikat dengan tali menjadi satu sehingga terbentuk sebuah piramida.
  6. Penyiangan;
    Tujuan penyiangan adalah membasmi tumbuhan liar yang akan menghambat pertumbuhan tanaman. Penyiangan dilakukan bila tanaman telah berumur 2 dan 5 minggu setelah tanam. Penyiangan yang terlampau sering akan menahan pertumbuhan akar sehingga pertumbuhan tanaman juga akan terganggu.
  7. Penyiraman;
    Penyiraman dilakukan terutama pada stadium muda karena pada masa itu tanaman buncis sangat memerlukan air, untuk selanjutnya penyiraman cukup dilakukan 2 hari sekali.
  8. Pengendalian OPT;
    Hama pengganggu tanaman yang biasanya menyerang tanaman buncis adalah hama Agrotis Ipsilon Huff, Tarsonemus Sp, Agromyza Phaseoli dan Prodenia Sp. Cara pengendaliannya dengan menggunakan Tamaron 200 LC, Dipretex 25 SP, Bayrusil 250 EC dan Takuthion 500 EC.
  9. Panen;
    Panen dilakukan setelah tanaman berumur 60 hari dengan potensi hasil:
    • 17,2 – 25,3 Ton/ Ha (dipanen 2 minggu setelah mekar bunga)
    • 32,7 – 48,2 Ton/ Ha (dipanen 4 minggu setelah mekar bunga)
  10. Pasca panen;
    Hasil panen buncis harus disimpan pada temperatur suhu 0° C dengan kelembaban 85 – 90, sedangkan lama penyimpanan adalah 15 hari.

Budidaya Tanaman Cabe

 

Cabe merah (Capsicum annum) merupakan salah satu komoditas unggulan yang bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik dan sebagai bumbu masak kaya vitamin A, C serta kalsium yang tinggi. Tanaman ini dapat dibudidayakan di dataran tinggi maupun rendah, dilahan sawah ataupun dilahan kering/tegalan, tanpa memerlukan persyaratan agroklimat yang terlalu khusus.  

  • Benih

Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman cabe merah yang baik, diperlukan mutu benih yang baik dengan syarat antara lain : diketahui varietas dan identitas keunggulannya, kemurnian, seragam, daya tumbuh tinggi yaitu ± 80%, berlabel merah jambu atau benih bersertifikat.
Varietas cabe merah yang sering digunakan adalah Papirus, CTH-01, Paris Minyak, TM 999, Arimbi, Prabu, Jatilaba, Hot Beauty, Long Chili, Hot Chili, Hero, TM 888, Tit Super, Cabe Merah Kering Super, dll.
  • Syarat Tumbuh

Budidaya cabe merah dapat dilakukan dari ketinggian 0 - 1300 meter diatas permukaan laut dan mempunyai bulan basah berkisar  antara 3 - 9 bulan dengan curah hujan optimal 100 - 200 mm/bin, temperatur antara 18° - 27° C, untuk pembuahan 15° - 21°C.
Tanah yang baik untuk menanam cabe merah adalah tanah yang banyak mengandung humus, gembur, remah, tidak terlalu liat dan tidak terlalu porous dengan pH berkisar 5,5 - 6,8. Di tanah yang berat seperti alluvial dan grumosol juga dapat dilakukan budidaya cabe merah dengan tersedianya air dan drainase yang memadai.
  • Teknik Budidaya

1.Penyemaian Benih

Pengolahan tanah dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1:1:1.
Untuk penanaman seluas 1 ha diperlukan guludan lahan persemaian seluas 15 m2, dengan lebar dan panjang guludan disesuaikan dengan kebutuhan.
Atap naungan dibuat miring ke barat dan menghadap ke timur.
Penanaman bibit dapat dilakukan dengan cara disebar  secara merata atau dibuat lajur-lajur (larikan) dengan jarak tanam 20 - 30 cm dan kedalaman 0,5 - 1 cm. Sebelum bibit disebar sebaiknya tanah dibasahi terlebih dahulu. Bibit yang telah disebar ditutup dengan tanah kemudian tutup dengan karung, kurang lebih selama 3-5 hari, bila telah tumbuh tunas dan terlihat pertumbuhan merata maka tutup karung tersebut dibuka.
Pemeliharaan persemaian meliputi : penyiraman, pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit,
Pembubunan dilakukan 1-2 minggu setelah penyebaran bibit atau setelah keluar 2-3 daun. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan 3-4 minggu setelah dibumbun atau 1,5 bulan setelah bibit disebar .
Dengan adanya persemaian diharapkan dapat dipilih bibit yang pertumbuhannya baik, sehat dan seragam untuk dikembangkan di areal pertanaman.

2. Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan untuk pertanaman dengan melakukan pengolahan tanah baik dengan cangkul maupun memakai alat dan mesin, agar struktur tanah menjadi gembur. Setelah itu dibuat bedengan dengan lebar 1 m dan tinggi 20-50 cm dan jarak antar bedengan 20-30 cm.
Jika pH rendah dapat diberi kapur dolomit sebanyak 2 ton/ha. Pemberian kapur ini dapat bersamaan dengan pemberian pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dengan dosis 15 ton/ha.
Permukaan bedengan ditabur dengan pupuk urea 300 kg, SP 36 250 - 300 kg dan 250 kg KCL, aduk rata rapikan kembali permukaan bedengan.
Seluruh permukaan bedengan kemudian disiram hingga lembab, kemudian tutup bedengan dengan mulsa hitam perak. Kebutuhan mulsa hitam perak adalah 12rol/hektar.

3.Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak

Pemasangan mulsa dilakukan pada saat terik matahari agar memudahkan plastik mengembang dan mudah ditarik. Jangan memasang mulsa plastik pada saat mendung.
Tebarkan mulsa di atas bedengan, warna perak menghadap atas dan warna hitam menghadap tanah.
Siapkan bilah penjepit bambu yang dibentuk menyerupai huruf U.
Dua orang memegang kedua ujung mulsa di masing- masing ujung bedengan. Dua orang lainnya saling berhadapan di masing-masing sisi bedengan untuk memasang mulsa.
Tarik kuat-kuat mulsa ke arah bawah hingga terasa mengembang kuatkan/tancapkan bambu penjepit di masing-masing sisi bedengan. Pemasangan bertahap dan satu ujung bedengan hingga ujung berikutnya. Biarkan ± 3 (tiga) hari, baru kemudian dibuat lubang tanam sesuai dengan jarak tanam.

4. Penanaman

Penanaman dilakukan pada setiap lubang tanam yang telah disiapkan dengan jarak tanam 50x60 cm dalam barisan dan 60x70 cm antar barisan. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim kemarau atau akhir musim penghujan pada pagi atau sore hari. Umur bibit ketika dipindahkan hendaknya mencapai 4-6 minggu, penanaman dilakukan tegak lurus dengan sedikit ditekan di sekeliling batang kemudian  disiram  tetapi  jangan  sampai  becek.

5. Pemeliharaan dan Hama Penyakit

Penyulaman paling lambat 1-2 minggu setelah tanam (dengan seseragam mungkin) untuk mengganti bibit yang mati atau sakit agar sasaran produksi optimal dapat dicapai.
Penyulaman paling lambat 1-2 minggu setelah tanam (dengan seseragam mungkin) untuk mengganti bibit yang mati atau sakit agar sasaran produksi optimal dapat dicapai.
Pembumbunan dan penyiangan dilakukan secara bersamaan, dilakukan setiap 2 (dua) minggu tergantung banyaknya tumbuhan pengganggu .

6. Panen

Tanaman cabe merah sudah dapat dipanen pada umur 90-120 hari setelah penanaman bibit, pertama dilakukan setelah buah berwarna merah, dengan cara dipilih/dipetik yang sudah cukup tua. Pemanenan berikutnya dapat dilakukan setiap 3-4 hari sekali.